KLATEN - Jangan berharap lebih sebelum berusaha lebih. Itulah gambaran prinsip para petani Desa Nanggulan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Yang penduduknya telah lama menabuh angan untuk bisa memiliki fasilitas jembatan yang layak. Betapa tidak, saat hujan deras, sawah para petani di sekitar kali jaran kerap banjir sehingga kerap gagal panen. Ini karena jembatan penghubung Desa Nanggulan dengan Desa Karangasem, sebagai jalur pertanian sangat pendek, salurannya sempit dan rendah sehingga air tidak maksimal menuju hilir. Kondisi yang sudah terjadi bertahun-tahun ini diperparah dengan tanggul sungai yang sering ambrol karena belum ada talud di masing-masing sisinya. Bahkan jalan menuju persawahan sempit dan licin saat hujan.
Bak gayung bersambut, keinginan warga Nanggulan kini menemui titik terang. Usulan warga Masyarakat yang berkeinginan agar masalahnya terpecahkan terjawab sudah. Melalui kegiatan TMMD Reg ke-113 Kodim 0723/Klaten jembatan Desa Nanggulan sepanjang 12 meter lebar 4 meter dan ketinggian dari permukaan sungai sekitar 4 meter mulai dibangun. Jembatan dengan konstruksi baja dan cor beton bertulang ini dibangun dengan kokoh dan kualitas bangunan yang tak diragukan.
Kala itu, 11 Mei 2022 saat fajar baru saja terbit para penduduk bersama para prajurit menyusuri jalan-jalan setapak tanpa alas kaki. Banyak warga setempat dengan penuh kesadaran melibatkan diri tanpa memandang latar belakang profesi.
Baca juga:
Komsos Satgas Sebelum Berangkat Tugas
|
Usai santap sarapan bersama para prajurit masing-masing mulai bekerja menyisir satu per satu bahan penyusun jembatan. Cangkul mulai diayun ke pasir kemudian mengaduknya. Ada juga yang menggunakan molen pengaduk campuran beton. Semen, batu dan air mulai diracik. Sementara yang lain merakit besi dan papan kayu cor untuk konstruksi jembatan.
Terkadang pekerjaannya pun dikejar waktu, seperti saat cuaca sedang tidak baik atau sampai turun hujan, tentu akan membuat pekerjaan semakin panjang.
Ketika kecapekan, mereka cenderung tak memilih tempat untuk beristirahat. Area kerja yang berantakan tetap bisa dimanfaatkan jadi tempat rehat.
"Tak leyeh-leyeh kene sik pak Tentara, awak rasane pegel kabeh (saya istirahat dulu pak Tentara, badan pegal semua), " ucap Sindu Raharjo (55) saat merebahkan badan dengan alas rerumputan.
Baca juga:
Berkah Jalan Baru Buat Warga
|
"Nggih pak, ampun dipeksakne, menawi sayah nggih istirahat rumiyin, kulo pijeti pripun? (Iya pak, jangan dipaksakan, kalau capek istirahat dulu, saya pijitin bagaimana?)", jawab Sertu Adi mencairkan kepenatan.
Baca juga:
Kegiatan Pra TMMD 110 di Desa Tumanggal
|
Celoteh canda menyeruak akrab, mengusir sepi menghadirkan bahagia. Memang dengan berbagi semangat antara rekan kerja, solidaritas bisa semakin menguat.
Rasa bahagia yang membuncah warga bersama prajurit, memacu semangatnya untuk bersegera lanjut bekerja.
"Tesih kuat mboten pak Sindu? Mriki kulo bantu angkat semene (masih kuat tidak pak Sindu? Sini saya bantu angkat semennya)", Sertu Adi menawarkan diri.
"Nggih kuat to pak Tentara, isih abot ninggalne anak bojo mangkat penugasan to pak, (masih kuat pak Tentara, masih berat meninggalkan anak istri berangkat tugas)", sahut pak Sindu sambil tertawa.
Diantara mereka sesekali menatap langit, berharap mendung lewat untuk sekedar menutup panas yang kian menyengat. Keringat yang mengalir di dahi dan aroma hanyir dari balik caping tidak juga menepis tekad.
Lelah bukan berarti menjadi lemah. Semua membuang jauh rasa gengsi, sama-sama merasakan jerih payah di antara rerumpun semak di tepian ladang. Masih lebih melelahkan menunggu pembangunan jembatan selama bertahun waktu daripada sekedar berjibaku dengan bahan bangunan itu.
Seluruh personel yang terlibat baik dari Kodim 0723/Klaten, Lanud Adi Soemarmo, Polsek Cawas maupun warga terlihat kompak. Kekompakan itu pun mendapat apresiasi dari tokoh masyarakat setempat.
‘’Kami senang melihat kekompakan personel TNI dan Polri saat bekerja bersama masyarakat menyelesaikan proyek TMMD. Kekompakan dan kerukunan yang ditunjukan, bisa menjadi teladan masyarakat desa kami, ’’ kata Kadus Nanggulan, Bambang Sayoko.
Ratusan sak semen dan bertruk-truk pasir didatangkan, hingga tak pernah terjadi kelambatan pasokan.
Setiap hari, Satgas TMMD bersama masyarakat menurunkan material. Bahkan, semen dan pasir cadangan pun didatangkan untuk mengantisipasi keterlambatan pasokan material yang bisa menghambat pekerjaan.
Baca juga:
Ceking Material Sebelum Bekerja
|
‘’Pasokan material ke lokasi TMMD sangat penting agar pekerjaan fisik bisa cepat selesai. Saat awal sempat agak tersendat, tapi akhir-akhir ini sudah lancar. Mudah-mudahan semua pekerjaan bisa tepat waktu, ’’ kata Sunarto (35) warga Desa Nanggulan.
Tidak heran di hari kelima sejak TMMD dibuka, pembangunan sudah mencapai 50 persen. Ini berkat kelincahan para prajurit dibantu masyarakat.
Pondasi penyangga batang baja tampak kokoh juga sudah selesai dikerjakan. Baja berukuran besar sebagai penyangga lantai jembatan membentang kuat sehingga mampu menahan beban seukuran roda empat.
Camat Cawas, Moh. Prihadi, mengatakan salah satu sasaran TMMD yakni membangun kembali jembatan di atas Kali Jaran.
“Jembatan dibongkar kemudian dibangun lagi. Karena kondisi jembatan sebelumnya sempit dan sering terjadi penumpukan sampah yang menyebabkan luapan air sungai, ” kata dia.
Baca juga:
Jalan Baru Bikin Warga Penasaran
|
Untuk kebutuhan logistik bagi para prajurit selama satu bulan pelaksanaan TMMD Reguler 113, dari komando atas telah menganggarkan untuk makan dan minum personel di lokasi TMMD. Masyarakat secara bergiliran juga ikut berkontribusi dengan mengirimkan makanan ringan dan minuman.
"Apa yang disampaikan masyarakat desa itu adalah sebagai wujud rasa syukur dan bahagia dengan adanya program kegiatan TMMD Reguler 113 di Desa Nanggulan, " kata Kepala Desa Surata
‘’Setelah jembatan selesai dikerjakan, masyarakat Desa Nanggulan akan lebih mudah bila ingin menuju Desa Karangasem atau ke sawah. Kendaraan roda 4 bisa masuk ke lokasi sawah dengan mudah, ’’ ujar Dansatgas TMMD Reg-113 Kodim 0723 Klaten, Letkol Inf Joni Eko Prasetyo.
Dansatgas mengungkapkan akan berupaya maksimal untuk merampungkan semua program pembangunan sebagai sasaran fisik di Desa Nanggulan, yang akan berlangsung hingga 9 Juni 2022.
Selain jembatan sasaran kegiatan juga berupa betonisasi jalan sepanjang 700 meter, lebar 3 meter, dan tebal 15 sentimeter. Disamping itu juga pembangunan talut jalan sepanjang 450 meter, lebar 40 sentimeter, dan tinggi 1 meter.
Berikutnya, rehab rumah tak layak huni (RTLH) sebanyak 10 unit, jambanisasi sebanyak 10 unit dan rehab dua tempat ibadah.
Kegiatan itu melibatkan 197 orang setiap harinya terdiri dari TNI, Polri, teknisi, aparatur desa, serta warga.
Komandan Korem 074/Warastratama, Kolonel Inf Achiruddin, mengapresiasi Pemkab yang telah mendukung penuh Program TMMD.
“Kegiatan ini memang kerja sama antara TNI dan Pemda tujuannya membantu meringankan kesulitan masyarakat. Tadi disampaikan bahwa di lokasi TMMD ini banyak banjir dan sebagainya, ” jelas dia.
Jalan itu sangat diharapkan warga Desa Nanggulan dan sekitarnya, karena akan menjadi akses utama dalam mengangkut hasil panen.
"Bagi warga yang rumahnya terletak jauh dari jalan, nantinya akan terbantu dengan betonisasi jalan yang dikerjakan dalam program TMMD Kodim Klaten. Jalannya tidak sempit dan licin lagi kalau hujan, " kata Yusuf warga Nanggulan.
Kapendam IV/Diponegoro Letkol Inf Bambang Hermanto mengungkapkan bahwa Program TMMD Reguler ke-113 ini merupakan salah satu upaya TNI untuk menjadi solusi. Ini adalah salah satu peran untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan Indonesia dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
“TMMD bukan kegiatan biasa-biasa saja karena memerlukan upaya terobosan dan dukungan dari seluruh komponen bangsa yang sinergi dan solid, serta terus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan terkini dan kebutuhan masyarakat, ” ungkapnya.
Kapendam menambahkan bahwa hakikat Program TMMD adalah wujud pelestarian nilai luhur bangsa Indonesia, yaitu gotong-royong dalam pembangunan masyarakat.
“Diperlukan kerjasama seluruh komponen bangsa untuk tolong-menolong, bahu-membahu, dan peduli kepada sesama tanpa memandang ras dan status sosial. Ini adalah bagian dari upaya melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila yaitu gotongroyong sebagai karakter khas bangsa Indonesia sejak jaman dahulu, ” pungkas Kapendam IV/Diponegoro.
Editor : JNI JIS Agung
Sumber : Pendam IV/Dip